Black Swan Karya Fransiska Dwi Kristiani - Fakultas Psikologi

Black Swan merupakan film garapan sutradara Darren Aronofsky yang menceritakan tentang seorang balerina berbakat yang terkena skizofreniform. Black Swan terbukti mampu menguras pemikiran penonton. Pasalnya, penonton dibuat menerka-nerka kebenaran dari tiap adegan yang ada. Darren Aronofsky memang memiliki style yang berbeda dari sutrada pada umumnya. Ia memang cukup jenius dalam memainkan kamera, sehingga tiap adegan disuguhkan dengan sangat cantik dan nampak jelas.

Nina Sayers yang diperankan oleh Natalie Portman adalah seorang balerina berusia 28 tahun yang terobsesi untuk mendapatkan peran sebagai ratu angsa dalam pertunjukkan Swan Lake. Ketika ia berhasil mendapatkan peran tersebut, ia mendapat tekanan dari Thomas Leroy yang diperankan oleh Vincent Cassel yang merupakan pelatihnya. Ia juga diancam akan digantikan oleh Lily yang diperankan oleh Mila Kunis jika ia masih tidak dapat menghayati tiap gerakannya. Sejak awal cerita, Nina digambarkan sebagai seseorang yang sering berhalusinasi. Lalu, saat mendapat tuntutan dari Thomas, ia semakin tertekan. Halusinasi yang ia alami semakin parah, bahkan ia menyakiti dirinya sendiri dan orang disekitarnya. Beberapa adegan terlihat Nina melihat luka pada tubuhnya yang sebenarnya tidak ada.

Semakin mendekati hari pementasan halusinasi yang dialami Nina semakin menjadi-jadi. Terutama ketika Lily mencampurkan obat kedalam minuman Nina. Ia berhalusinasi sedang melakukan hubungan seksual dengan Lily, namun hal tersebut tidak pernah terjadi. Halusinasi yang dialami Nina tidak selamanya menyebabkan kerugian untuk dirinya. Pada akhir cerita ia berhalusinasi, ia membayangkan bahwa adalah seorang ratu angsa dan dengan kejadian tersebut, ia mampu melakukan tiap gerakan dengan sangat indah. Meskipun ia sempat melukai dirinya akibat dari kecemasan yang ia rasakan.

Natalie Portman berhasil mendalami peran sebagai seseorang yang mengalami halusinasi berlebihan, mudah cemas, rapuh sekaligus ambisius. Begitu juga dengan Mila Kunis, ia terlihat sangat mahir dalam memerankan seseorang yang centil, dan “liar”. Seperti karya-karya sebelumnya, Aronofsky mengemas tiap adegan dengan sangat baik. Backsound yang dimainkan juga sangat serasi dengan adegan yang ada. Meskipun ada beberapa adegan yang membuat penonton merasa tidak nyaman, namun Aronofsky berharap akhir dari cerita dapat diterima dengan baik oleh penonton. Sayangnya, dalam film Black Swan tidak diceritakan sejak kapan dan bagaimana Nina Sayers bisa terkena skizofreniform. Sehingga penonton tidak dapat menelaah dengan baik.


Black Swan dapat menjadi film yang sangat direkomendasikan bagi kalian yang suka dengan jalan cerita yang membuat kita berpikir keras. Karena dalam film ini penonton tidak dapat duduk dengan tenang ketika menyaksikannya, penonton harus terus mengikuti jalan cerita agar dapat mengerti maksud dari tiap adegan. Hal tersebut yang membedakan Black Swan dengan film lainnya.

Posting Komentar

0 Komentar