Black Swan merupakan film
garapan sutradara Darren Aronofsky yang menceritakan tentang seorang balerina
berbakat yang terkena skizofreniform.
Black Swan terbukti mampu menguras
pemikiran penonton. Pasalnya, penonton dibuat menerka-nerka kebenaran dari tiap
adegan yang ada. Darren Aronofsky memang memiliki style yang berbeda dari sutrada pada umumnya. Ia memang cukup
jenius dalam memainkan kamera, sehingga tiap adegan disuguhkan dengan sangat
cantik dan nampak jelas.
Nina Sayers yang diperankan
oleh Natalie Portman adalah seorang balerina berusia 28 tahun yang terobsesi
untuk mendapatkan peran sebagai ratu angsa dalam pertunjukkan Swan Lake. Ketika ia berhasil
mendapatkan peran tersebut, ia mendapat tekanan dari Thomas Leroy yang diperankan
oleh Vincent Cassel yang merupakan pelatihnya. Ia juga diancam akan digantikan
oleh Lily yang diperankan oleh Mila Kunis jika ia masih tidak dapat menghayati
tiap gerakannya. Sejak awal cerita, Nina digambarkan sebagai seseorang yang
sering berhalusinasi. Lalu, saat mendapat tuntutan dari Thomas, ia semakin
tertekan. Halusinasi yang ia alami semakin parah, bahkan ia menyakiti dirinya
sendiri dan orang disekitarnya. Beberapa adegan terlihat Nina melihat luka pada
tubuhnya yang sebenarnya tidak ada.
Semakin mendekati hari
pementasan halusinasi yang dialami Nina semakin menjadi-jadi. Terutama ketika
Lily mencampurkan obat kedalam minuman Nina. Ia berhalusinasi sedang melakukan
hubungan seksual dengan Lily, namun hal tersebut tidak pernah terjadi. Halusinasi
yang dialami Nina tidak selamanya menyebabkan kerugian untuk dirinya. Pada
akhir cerita ia berhalusinasi, ia membayangkan bahwa adalah seorang ratu angsa
dan dengan kejadian tersebut, ia mampu melakukan tiap gerakan dengan sangat
indah. Meskipun ia sempat melukai dirinya akibat dari kecemasan yang ia
rasakan.
Natalie Portman berhasil
mendalami peran sebagai seseorang yang mengalami halusinasi berlebihan, mudah
cemas, rapuh sekaligus ambisius. Begitu juga dengan Mila Kunis, ia terlihat
sangat mahir dalam memerankan seseorang yang centil, dan “liar”. Seperti
karya-karya sebelumnya, Aronofsky mengemas tiap adegan dengan sangat baik. Backsound yang dimainkan juga sangat
serasi dengan adegan yang ada. Meskipun ada beberapa adegan yang membuat
penonton merasa tidak nyaman, namun Aronofsky berharap akhir dari cerita dapat
diterima dengan baik oleh penonton. Sayangnya, dalam film Black Swan tidak diceritakan sejak kapan dan bagaimana Nina Sayers
bisa terkena skizofreniform. Sehingga
penonton tidak dapat menelaah dengan baik.
Black
Swan dapat menjadi
film yang sangat direkomendasikan bagi kalian yang suka dengan jalan cerita
yang membuat kita berpikir keras. Karena dalam film ini penonton tidak dapat
duduk dengan tenang ketika menyaksikannya, penonton harus terus mengikuti jalan
cerita agar dapat mengerti maksud dari tiap adegan. Hal tersebut yang
membedakan Black Swan dengan film
lainnya.
0 Komentar